Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional, sayapun turut berterimakasih dan berdoa agar guru-guru ku mulai TK, SD sampai SMA serta para dosen senantiasa diberikan keberkahan dalam hidup dan senantiasa menjadi penerang dalam kegelapan.
Dari sekian banyak guru yang menjadi pahlawan tanpa tanda jasa bagi saya, tak sedikit yang begitu melekat dalam ingatan saya kebaikan dan ketulusannya. Saat sekolah dulu saya suka bergumam dalam hati " Ya Allah kalo saya sukses nanti saya mau balas jasa ibu/bapak ini ". Tapi kali ini saya ingin sekali bercerita tentang salah seorang guru favorit saya.
Namanya Ibu Fauzah.. Saya di didik sama beliau sejak kelas 6 Sekolah Dasar. Dia adalah salah satu guru yang sangat saya sayangi selain bu yuli ( guru SMA), Pak Mukhlis dan beberapa guru lainnya.
Bu Fauzah ini adalah guru pelajaran bahasa Inggris. Kehadiran dia sebagai pengajar baru disekolah membuat suasana baru yang menyenangkan. Beliau sosok guru muda yang cantik, putih bersih dengan alis yang tebal, badan yang sedikit berisi namun tidak berlebihan, dan yang terpenting beliau sangat lembut dan sabar kepada murid-muridnya. Ntah kenapa sejak SD kedekatan dengan beliau sudah terasa. Beliau selalu menasehati dan menyemangati saya dalam tiap kompetisi yang saya ikuti.
Tak lama, beliau menikah dengan seorang pria pilihan beliau. Kami bocah-bocah SD sangat kegirangan walaupun saat itu kami tidak tau apa itu pernikahan. Yang kami tau, kami akan datang ke resepsi beliau dan kami sibuk memikirkan kado apa yang akan kami berikan ( akhirnya kebeli jam dinding hasil urunan rame-rame), horeeeee, khas sekali dunia anak-anaknya ya? Hahahaha..
Setelah menikah, kami pun di ajak oleh beliau main kerumahnya. Saya dan teman-teman seingat saya ada rini, astrid, manda dan farah, naik BE ( Bireun Express) yang hits banget di Aceh kala itu mengalahkan gojek, uber dan lainnya hahaha. Sesampai disana, kami disambut hangat dirumah beliau. Suami beliau, tak kalah baiknya dengan beliau. Kami di masakin, kemudian di ajak ke pantai berjalan kaki yang jaraknya tak jauh dari rumah beliau. Senangnya bukan main. Seharian kami seperti anak-anak beliau. Dan suami istri ini memperlakukan kami begitu baiknya. Sampai detik ini saya masih inget loh !!!
Singkat cerita, saya pun sudah SMP. Walaupun gedung sekolah SD dan SMP jaraknya tinggal lompat tapi rasanya begitu kehilangan sosok guru seperti bu fauzah. Tepat saat akan naik kelas 2 SMP, beliau pun ditugaskan untuk mengajar di SMP. Yeayy !!! Saya bisa ketemu beliau lagi..
Hingga lulus SMP, saya melanjutkan sekolah di Banda Aceh, dan lanjut kuliah di Surabaya. Yang saya tau, beliau masih belum di karuniai keturunan. Saya sudah tidak pernah lagi bertemu beliau. Sampai suatu ketika, mamak bercerita bahwa bertemu seseorang di dokter gigi dan bertanya " Ibu, apa kabar Millati bu? ". Awalnya Mamak lupa siapa orang yang menyapanya itu, ternyata ybs adalah ibu fauzah. Mamak bilang, bu fauzah datang ke dokter dengan membawa dua anak kecil. Alhamdulillah, ternyata beliau sudah memiliki buah hati. Tak lama saya pun dipertemukan lewat facebook dan kamipun bertegur sapa.
Namun ada cerita yang begitu mengaharukan untuk saya. Yaitu saat detik-detik menjelang pernikahan saya. Saat undangan selesai di cetak dan saya kirim ke Aceh saya berpesan sama mamak untuk menyampaikan amanah undangan saya ke bu Fauzah. Mamak pun kebingunan karena ternyata ybs sudah tidak mengajar di sekolah saya yang lama. Beliau sudah menjadi pengajar PNS dan mengajar di sekolah negri. Namun mamak bersungguh-sungguh mencari tau dimana beliau mengajar sekarang. Hebatnya, mamak berhasil mendapatkan informasi. Namun karena jauh mamak gak bisa mengantarkan, hanya dititipkan sama seseorang yang katanya tetangga beliau.
Hari H pun tiba, kerabat, sodara dan guru-guru menyempatkan hadir. Betapa bahagianya saya, guru-guru yang jauh yang tak bisa hadir menelpon dan mengirim kado. Guru yang sudah lama pindah pun ada yang hadir. Bahkan seorang guru SMP yang datang berkata saat bersalaman, " Ibuk sering sekali dapat undangan dari murid, tapi ibuk jarang datang, waktu ibu dapat undangan dari Millati, Ibu niat dan bela-belain untuk datang loh ". Wah, akunya langsung terharu dan pengen nangis dipelaminan.
Kira-kira jam 3 sore, acara sudah hampir selesai. Saya pun teringat akan kehadiran sosok guru kesayangan. Bu fauzah tidak hadir, begitu pikirku. Apa mungkin undangan yang tak sampai, atau mungkin beliau sibuk, atau bagi beliau tak penting hadir di acara murid atau lebih parahnya beliau lupa sama saya? Yasudahlah, harap maklum karena beliau jauh, aku mencoba berfikir lebih bijaksana.
Saya pun turun dari pelaminan hendak ganti baju. Hiasan kepala seberat 5kg berhasil membuat leher saya hampir copot. Tiba-tiba seseorang memanggil saya dari belakang. Alhamdulillah, bu fauzah hadir bersama suami. Pengen nangis tapi malu. Saya pun langsung salam mencium tangan dan memeluk hangat beliau. Beliau meminta maaf karena baru bisa datang setelah jam mengajar usai. Bahagia sekali, gak terkira. Saya pun masuk, dan berganti pakaian. Ibu fauzah masuk ke kamar dan memberikan kado kemudian memeluk saya lagi sambil memberi nasihat yang sampai detik ini terngiang di kepala saya.
Beliau menyampaikan pesan bahwa bagaimana sikap yang harus di ambil dalam membina rumah tangga. Sebagai istri, sebagai wanita. Berceritalah beliau, bahwa (kalau tidak salah seingat saya) 12 tahun lamanya dia menantikan seorang anak dalam rumah tangganya. 12 tahun penantian panjang, usaha doa dan air mata, sampai beliau pasrah dan menyerahkan pada Allah, sempet ia sampaikan ke suaminya bahwa ia ikhlas jika memang suaminya ingin menikah lagi untuk mendapatkan keturunan. Namun sang suami dengan penuh cinta mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan itu. Hingga akhirnya, di tahun 2014, lahirlah seorang malaikat kecil dalam kehidupan mereka. Berkaca-kaca saya dengarnya, merinding. Belasan tahun kesabaran mereka di balas oleh Allah. Mereka adalah sosok suami istri inspirasiku, panutanku. Ternyata dua anak kecil yang dibawanya saat ke dokter gigi bukanlah anaknya. Anaknya baru saja lahir beberapa bulan sebelum acara pernikahan saya.
Di akhir perjumpaan beliau tak lupa berpesan bahwa, anak adalah rezeki, yang penting sabar dan terus berdoa. Pasti suatu saat doa kita akan di dengar Allah. Millati harus jadi wanita yang kuat dan penyabar.
" Dear Bu Fauzah dan guru-guruku, terimakasih telah menjadi inspirasiku. Terimakasih telah berjasa dalam hidupku. Terimakasih telah menyayangiku layaknya anak kandungmu sendiri. Terimakasih telah menjadi pahlawan bagiku, bagi teman-temanku, bagi semua anak didikmu."
Doa kami, semoga guruku senantiasa menjadi perhiasan dunia yang tak tenilai harganya, yang selalu berkilauan dan memancarkan keindahan. Buat bu fauzah, semoga selalu bahagia bersama keluarga, sehat dan terus melihat malaikat kecilmu tumbuh menjadi wanita hebat sepertimu.
WE LOVE YOU
SELAMAT HARI GURU NASIONAL !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar