* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke: redaksi@serambinews.com
Awalnya mikir, saya punya apa yang bisa di ceritakan dalam sebuah artikel menarik.. bukannya yang mengirimkan artikel kesana adalah orang yang punya pengalaman unik dan rata-rata orang hebat, dosen, dokter, mahasiswa S2, S3, dll,, hahhaa.. sempet pesimis. Eh baru inget, gini2 juga punya pengalaman waktu brkesempatan ikut jalan2 k eropa buat lomba,, mmm,, kalo diceritain kan jd banyak banget tuh, akhirnya, langsung buka word, buat nulis. hehehe.. semangat 45 banget. kalo diceritain, bakal banyak banget pengalaman-pengalaman yang bisa di sharing. Sampai akhirnya saya memutuskan memilih salah satu bagian, yang menurut saya sangat membanggakan saya selaku orang aceh dan membanggakan orang Aceh yang membacanya tentunya. lahirlah judul, " GADIS RUSIA BELAJAR SAMAN DI MINI MARKET ".. begini isi artikel saya yang di muat di koran Serambi Indonesia...
MILLATI AMALIA. peserta Rimini Internationa Choral Competition, melaporkan dari rimini, Italy.
MILLATI AMALIA. peserta Rimini Internationa Choral Competition, melaporkan dari rimini, Italy.
Saya putri asal Aceh, selepas lulus dari SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh melanjutkan studi ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Disini, saya bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara sebagai selingan kuliah. Sampai akhirnya, sebuah pengalaman berharga dimana saya dan tim paduan suara berkesempatan mengikuti Rimini Internationa Choral Competition 6- 9 Oktober 2011 sekaligus memenuhi undangan KJRI Marseille untuk tampil dalam pemeran budaya di Marseille, Prancis.
Disana, kita akan menyanyikan sederetan lagu daerah. Mulai dari lagu Sumatera Utara, Jawa Timur, Bugis, Borneo, dan yang sangat saya senangi, Lagu dari Nanggroe Aceh Darussalam. Lagu dari Aceh yang di bawakan adalah lagu Bungong Jeumpa. Siapa sangka, saya yang sekian tahun tinggal di Aceh, baru kali ini mengetahui lagu Bungong Jeumpa ini begitu indah dan sangat rancak bila d aransemen ulang.
Selaku anak aceh dalam tim, saya membantu memperbaiki pengucapan bahasa aceh yang tepat kepada 39 teman saya lainnya. Bahasa Aceh unik kata mareka, tapi dalam waktu beberapa hari, mereka sudah bisa menghafal dan mengucapkannya dengan baik. Ini adalah salah satu lagu favorite teman-teman dan lagu andalan dari tim kami. Lebih indah lagi lagu ini ditampilkan dengan koreografi salah satu tari Saman. Jujur saya tidak menyangka ini menjadi perpaduan yang bagus. Saya bangga.
Setelah sukses tampil di acara pameran budaya di Kota Marseille Prancis, perjalanan berlanjut ke Kota Rimini Italy. Disana, sebelum lomba kita diminta tampil pada acara opening ceremony. Malam itu, dihadiri oleh ratusan orang dari berbagai Negara. Di awali dengan menyanyikan lagu daerah dari borneo, kemudian lanjut dengan Bungong Jeumpa sebagai penutup. Saya merinding, raut wajah bahagia saya terpancar terlihat jelas hingga saat ini saya menyaksikan ulang video rekaman penampilan tersebut. Entah kenapa, kebanggaan saya sebagai putri Aceh bisa membawakan lagu tersebut sampai ke Eropa adalah kesempatan yang luar biasa. Bagi saya, lirik, irama, dan koreografi saat membawakan lagu ini bisa membius siapapun yang melihatnya. Terbukti, semua penonton yang hadir terpukau melihat penampilan kita. Lagu yang berduarasi sekitar 5 menit tersebut, di iringi oleh alat musik rapai yang kami pinjam secara gratis dari komuntitas pelajar Aceh di Surabaya yaitu pelajar mahasiswa kesatuan tanah rencong ( PMKTR). Terang saja,, selesai kita membawakan lagu itu, tepuk tangan dan sorak sorai para penonton tak henti-henti dan tetap bergemuruh mengiringi keluarnya kita satu persatu dari panggung.
Tak sampai disitu cerita saya mengenai kebanggaan terhadap seni Aceh. Sejak saat itu, setiap kita bertemu orang-orang dari Negara lain, maka yang mereka ingat adalah lagu Bungong Jeumpa dan koreografinya yang memukau. Alhamdulillah, kita berhasil mebawa pulang 2 emas dalam perlombaan ini untuk Indonesia.
Hingga suatu malam saya dan teman-teman berniat membeli makanan di sebuah mini market di dekat penginapan. Tiba-tiba, dua orang gadis Rusia, menyapa kami lalu kamipun berkenalan. Tak lama kemudian, mereka pun bercerita bahwa mereka begitu tertarik dengan penampilan kita. Mereka menirukan salah satu gerakan saat kita menyanyikan bungog jeumpa. “‘ Bagaimana kalian bisa melakukan gerakan sesulit itu sambil bernyanyi? “ tanyanya. “ Tolong ajari kami, bagaimana tangan kalian bisa begini.” (sambil menirukan salah satu gerakan Raoh Duek ). Mini market tersebut akhirnya menjadi sanggar dadakan kami demi mengajari salah satu gerakan kepada gadis-gadis rusia itu.
Ini foto saya yang di muat dalam harian itu, sayang, di crop d bagian kepala doank ( jedeerrrr )
Disana, kita akan menyanyikan sederetan lagu daerah. Mulai dari lagu Sumatera Utara, Jawa Timur, Bugis, Borneo, dan yang sangat saya senangi, Lagu dari Nanggroe Aceh Darussalam. Lagu dari Aceh yang di bawakan adalah lagu Bungong Jeumpa. Siapa sangka, saya yang sekian tahun tinggal di Aceh, baru kali ini mengetahui lagu Bungong Jeumpa ini begitu indah dan sangat rancak bila d aransemen ulang.
Selaku anak aceh dalam tim, saya membantu memperbaiki pengucapan bahasa aceh yang tepat kepada 39 teman saya lainnya. Bahasa Aceh unik kata mareka, tapi dalam waktu beberapa hari, mereka sudah bisa menghafal dan mengucapkannya dengan baik. Ini adalah salah satu lagu favorite teman-teman dan lagu andalan dari tim kami. Lebih indah lagi lagu ini ditampilkan dengan koreografi salah satu tari Saman. Jujur saya tidak menyangka ini menjadi perpaduan yang bagus. Saya bangga.
Setelah sukses tampil di acara pameran budaya di Kota Marseille Prancis, perjalanan berlanjut ke Kota Rimini Italy. Disana, sebelum lomba kita diminta tampil pada acara opening ceremony. Malam itu, dihadiri oleh ratusan orang dari berbagai Negara. Di awali dengan menyanyikan lagu daerah dari borneo, kemudian lanjut dengan Bungong Jeumpa sebagai penutup. Saya merinding, raut wajah bahagia saya terpancar terlihat jelas hingga saat ini saya menyaksikan ulang video rekaman penampilan tersebut. Entah kenapa, kebanggaan saya sebagai putri Aceh bisa membawakan lagu tersebut sampai ke Eropa adalah kesempatan yang luar biasa. Bagi saya, lirik, irama, dan koreografi saat membawakan lagu ini bisa membius siapapun yang melihatnya. Terbukti, semua penonton yang hadir terpukau melihat penampilan kita. Lagu yang berduarasi sekitar 5 menit tersebut, di iringi oleh alat musik rapai yang kami pinjam secara gratis dari komuntitas pelajar Aceh di Surabaya yaitu pelajar mahasiswa kesatuan tanah rencong ( PMKTR). Terang saja,, selesai kita membawakan lagu itu, tepuk tangan dan sorak sorai para penonton tak henti-henti dan tetap bergemuruh mengiringi keluarnya kita satu persatu dari panggung.
Tak sampai disitu cerita saya mengenai kebanggaan terhadap seni Aceh. Sejak saat itu, setiap kita bertemu orang-orang dari Negara lain, maka yang mereka ingat adalah lagu Bungong Jeumpa dan koreografinya yang memukau. Alhamdulillah, kita berhasil mebawa pulang 2 emas dalam perlombaan ini untuk Indonesia.
Hingga suatu malam saya dan teman-teman berniat membeli makanan di sebuah mini market di dekat penginapan. Tiba-tiba, dua orang gadis Rusia, menyapa kami lalu kamipun berkenalan. Tak lama kemudian, mereka pun bercerita bahwa mereka begitu tertarik dengan penampilan kita. Mereka menirukan salah satu gerakan saat kita menyanyikan bungog jeumpa. “‘ Bagaimana kalian bisa melakukan gerakan sesulit itu sambil bernyanyi? “ tanyanya. “ Tolong ajari kami, bagaimana tangan kalian bisa begini.” (sambil menirukan salah satu gerakan Raoh Duek ). Mini market tersebut akhirnya menjadi sanggar dadakan kami demi mengajari salah satu gerakan kepada gadis-gadis rusia itu.
Ini foto saya yang di muat dalam harian itu, sayang, di crop d bagian kepala doank ( jedeerrrr )
Dan foto ini juga di muat, foto saat kami membawkaan lagu bungong jeumpa.
Ada cerita lucu di balik dimuatnya artikel sederhana saya. Lucu sih, tapi cukup membanggakan. Saya gak nyangka, kalau tulisan saya dimuat pada hari minggu. pembaca tau sendiri kan, hari minggu penjualan koran meningkat, alias yang beli dan membaca koran lebih banyak. jadilah semakin banyak yang ekspos. Ya.. di mulai daro orang rumah heboh, yang kebetulan langganan koran tiap sabtu n minggu.. mamak dengan hebohnya pagi-pagi nelpon, saya yg baru bangung lgsg penasaran buka laptop untuk melihat versi online. Hahahaha,, seneng, bangga, malu jg sih... malu kalau-kalau tulisan nya tidak bagus. lanjut lagi, BBM mendadak rame. trnyata, do group SMA, ada seorang teman yang bernama Novizar, teman SMA, yang memfoto, kemudian di shared di group, jadi rame lagi deh --"
gak sukup sampe di situ, saya berasa jadi orang penting yang mendadak trend. Mulai dr wall-wall orang2 yang mengenal saya di Fb. permintaan pertemanan di FB tiba-tiba langsung meningkat tajam, ada yang dosen, ada yang pegawai kantoran, mahasiswa, alumni ITS banyak deh, mereka mengaku menyukai tulisan saya. dan karena di artikel saya dengan (sengaja, hehehe ) memasukkan nama sekolah saya,, hehehee,, bener-bener saya sengaja, berpikir bagaimana nama SMA bisa masuk, ya bisa di bilang wujud cinta almamater. wkwkwkwk.. Nah gara-gara itu, adik adik kelas yang tak pernah saya kenal, melakukan permintaan pertemanan juga di FB, begitu juga kakak kelas, teman SMP, dll.. hahahaaa.. jauh diluar ekspektasi saya. Ada rasa bangga, malu, dan senang. Tapi tentunya, saya sangat bahagia, karena harapan yang sesungguhnya dengan dimuatnya artikel itu bukanlah saya mendadak tenar, tapi semoga tulisan itu bermanfaat dan menginspirasi remaja Aceh lainnya untuk berprestasi dan membanggakan NAD tercinta. Semenjak itu, jadi nagih buat nulis,, BERBAGI ITU MEMANG INDAH :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar