Kenapa harus mengemis ???

Ya, memang gak akan ada habis-habisnya berbicara mengenai pengemis. Semakin hari, semakin banyak saja. Entahlah, apa itu memang trend masa kini, atau apalah istilahnya, tp jujur saya paling benci mendengar kata mengemis. Bagi saya sendiri, mengemis itu bukan hanya seperti orang-orang yang suka meminta-minta dijalan. Menuntut banyak ini itu kepada orang tua juga mengemis. Ya, mengharapkan belas kasihan mungkin begitu. Saya jadi teringat sejak kecil orang tua selalu mendidik agar anak-anaknya tidak terbiasa meminta-minta kepada orang tua. Kalo saya mau lebih, saya harus usaha sendiri, jangan dibiasakan manja. Makanya rada sebel, kalo ada sodara atau karib kerabat yang terlalu memelas, meminta pinjaman uang, tidak mau usaha, hanya keluhan yang keluar dari mulutnya. Bagi saya, itu sudah menjurus ke arah mengemis. Kalo terlalu dibiasakan, mereka akan manja, akan merasa aman toh kapanpun mereka butuh kita akan membantunya. Ayah saja tidak sebegitu banget sama anaknya, bukan iri sama sodara2 saya itu, tapi ayolah.. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalo ia sendiri tidak berusaha untuk mengubahnya..


Sejak kuliah di ITS, tahun ke 2 kalo gak salah, saya mulai melihat sudah mulai banyak pengemis di seputaran ITS. Khususnya daerah keputih, tempat pusat makanan kalo malam. Saya sering melihat pengemis dengan wajah yang sama, berjalan dari ujung ke ujung lainnya, ntah sudah berapa langkah dia tapaki. Memelas, meminta.. Beberapa wajah telah saya tandai, dan tepat, saya tidak pernah sekalipun memberikan uang walau hanya sekedar 500 rupiah pun. Kenapa ??

Bagi saya, mereka tidak pantas mendapatkan belas kasihan, karena mereka masih memiliki tubuh yang sehat, akal pikiran yang sempurna. Seharusnya, mereka melakukan usaha lain. Jangan meminta-minta seperti itu. Lakukan apapun yang bisa kita lakukan, selama itu halal, Insya Allah rejeki itu pasti sudah di atur oleh Allah. kadang saya membayangkan, apa kurang Allah memberikan dia tubuh sehat, akal pikiran, bahkan tinggalnya pun d daerah subur (daerah kampus). banyak peluang usaha yang bisa ia lakukan. Tidak ada modal berjualan??  baiklah, saya sarankan Anda menjadi tukang cuci antar jemput. ceritany dulu di SMA, tukang cuci saya sudah tua, bahkan lebih tua dari ibu pengemis itu. Saya suka kegigihannya, makanya kadang saya bayar lebih untuk dia. Dia mengambil pakaian kotor saya ke asrama, seminggu 2 kali, dia antar pakaian bersih, kemudian dia ambil pakain kotor. Dia berjalan dengan menenteng baju2 kotor kerumahnya. cucinya pun bukan dengan mesin cuci. Pekerjaan nya sungguh rapi, bersih, bahkan kalau ada rok / baju saya yang robek, dia ikhlas menjahitnya. Sebulan saya bayar 55rb. Katanya dia untung walaupun tidak banyak. Biasanya, 1 pencuci baju bisa punya 5 - 10 anak. lumayan kan ??

Kepikiran gak sih ibuknya melakukan hal yang sama ?? apalagi daerah mahasiswa, pasti rata2 nyuci, ada sih laundry, tapi pasti lebih mahal dan tidak lebih bersih. repot juga harus ambil dan antar sendiri. Ah, andaikan saja nyali saya kuat, saya pngen bilang langsung ke ibunya.. ahhh,,bener2 gregetan saya dibuatnya. Ya mgkn memang pendapatan nya lebih banyak kalo dia ngemis. Tapi itu sungguh jauh dari kata mulia...


Sebagian orang bilang, kalo mau bersedakah ya bersedekah saja, diniatkan tulus karena Allah. jangan berpikiran macam2 apakah dia membutuhkan atau tidak. bener juga, tp ttp hati saya berontak. Jadi daripada saya tidak ikhlas, kan lebih baik sedekah saya berikan kepada orang yang menurut saya lebih membutuhkan. Contohnya saya, saya sering membeli benda2 atau apa itu yang mnrt saya sebenernya tidak perlu dibeli, namun karena kasian yang jual sudah tua, atau ank2 kecil, dsb. Ya hati saya lebih terpanggil. belajar dari mereka, mereka tetap berusaha walaupun memiliki keterbatasan. Karena mereka tahu, Allah akan mengatur rizkinya, Allah berjanji, telah ada rizki masing-masing jika kita berusahan di jalan Nya..


Tapi saya tidak setuju, pengemis abal-abal itu dijadikan alasan orang malas bersedekah. Selektif boleh2 saja menurut saya. Tapi ttp kewajiban sedekah harus dijalankan.

Saya membaca sebuah tread di kaskus... Isinya seorang mahasiswa menceritakan bahwa ada seorang nenek2 berusia 70tahun penjual nasi. Ia berjualan telah lama, walaupun dia sakit2an karena memang sudah tua, dia ttp berjualan. Banyak mahasiswa yang suka membeli nasi sm ibu tua itu. karena murah dan enak. Sampai suatu saat, ibuknya sedang menjajakan jualannya di teras sebuah asrama mahasiswa, eh ada seorang pengemis yang usianya jauh lebih muda.. timbul percapakan :

Ibu2 pengemis : "minta sedekahnya Bu..saya minta Rp500 atau Rp1000 aja"
Emak Nasi : "Ini saya kasih nasi bungkus aja yah Bu buat sarapan Ibu"
Ibu2 pengemis : "Oo Ibu jualan Nasi yah..??"
Emak Nasi : "Iyah saya jualan nasi bungkus"
Ibu2 Pengemis : "Oo..yaudah Bu gag usah..."

Si pengemis malu teman2, ya jelas aja, hehehe.. si ibu yang tua aja masih usaha buat jualan, bahkan hendak memberikan sebungkus nasi padahal kalo dijual lumayan tuh dapet duit 4000. Nah lo... Gimana gak malu coba ????? ini link threadnya : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9657493

Semoga.. Indonesia semakin hari semakin berkurang orang yang mengemis, dan semakin banyak para dermawan yang berhati mulia. Walau bagaimanapun. tangan di atas tetap lebih baik drpd tangan di bawah.. Buat yang rejeki nya lebih, jangan lupa disisihkan utk org yang membutuhkan :) Semoga qt selalu bersemangat dan senantiasa bersedekah :) Niscaya Allah akan membersihkan dan menggandakan harta kita :)