Kali ini, saya akan cerita lagi mengenai "masuk koran". Sama seperti postingan berikutnya, ini masih tentang pengalaman saya masuk koran. Tapi, bukan berita bahagia, atau bangga, justru malah kesedihan yang saya terima setelah saya masuk koran waktu itu. Oke Baiklah, saya lihat lagi tempelan artikel koran itu d dinding kamar saya, sambil sesekali saya mencoba mengingat, bagaimana sedihnya waktu itu. Lah kenapa sedih ? Hmmhh.. okhay, begini...
Malam ini sebenarnya saya lagi bahagia krn ternyata PKM saya lolos. Setalah hampir 4 tahun, akhirnya d saat2 terakhir mau lulus malah terwujud, thanx God.. Mood saya berubah ketika, salah seorang mengomentari potingan saya di sebuah group. Dia teman saya, ya temen seperjuangan saya saat dlu SMA ikut berkompetisi. Dia mengeluarkan kalimat, yang membuat saya mengingat akan kesalahan dan perbuatan tidak baik saya zaman SMA. Ah, benar2 tidak mood saya menceritakannya. Saya hanya berusaha melupakannya dan berharap seseorang telah memaafkannya.
Kembali lagi, tentang masuk koran.. perasaan sedih kembali saya rasakan. Menangis dalam kesepian, bingung harus bercerita kepada siapa, selain menangis saat sujud kepada Allah. Kali ini, mungkin sah2 saja saya mencurahkan perasaan saya, tapi untuk kasus di atas tadi, sudah tidak perlu di ceritakan kronologisnya, karena justru membuat rasa dendam dan perselisihan semakin membara. biarkan saja saya yang menanggung semua tidak enaknya..
Waktu saya masuk koran itu, koran Acehkita namanya. Yah, koran biasa, bukan koran paling laris di Aceh. Makanya sudah sepantasnya saya biasa saja ketika wajah saya terpampang disana.. Seperempat warga Aceh yang baca aja sudah syukur, ya itu, saking tidak terkenalnya harian itu. Nah siang itu, saya baru tau, kalo ada liputan tentang saya di koran, saya tau dr anak-anak yang sedang duduk ( ntah rapat ntah ngbrol ) di mushola. Saya menjawab dgn sedikit berteriak, wajah saya sedikit sumringah waktu itu. Wajar saja lah, meluapkan ekspresi kegembiraan. Secara ank kampung.. Tapi mendadak terdengar sebuah ucapan dari teman saya, dan sampai skrg wajahnya pun saya ingat, saya lupa kata2 persis nya seperti apa, karena memang sudah cukup lama. Tapi yang betul2 saya ingat adalah makna dari ucapannya, intinya begini " Kok jahat kali qe, gak nyebutin nama ank2 lain (temen sekelompok) " . Woooww,, jederrr, saya langsung kaget dengernya, hanya membalas dengan senyuman sinis. Bingung, karena saya belum sempat membacanya. Saya raih koran itu, berjalan dan menuju ke kelas membacanya. selesai membaca, saya terdiam sambil memandang kosong, benar juga, kenapa bisa dalam artikel ini tidak ada nama temen2 yang lain. Malu, sakit hati dan marah sebenernya waktu. Tapi lagi2, saya merasa terlalu tidak pantas menjawabnya,lagi2, saya hanya berusaha memendamnya.
Sekarang, mungkin sudah saatnya saya mencoba menjawab pertanyaan org2 yang bertanya mengenai hal itu. Sebagaimana yang diketahui, judulnya saja "kami harus menang di jakarta". Kami itu adalah kelompok yang terdiri dari 6 orang, namun kenapa tidak disebutkan nama2 anggora yang lain, yang tersebut dalam artikel itu hanya kalimat" 5 orang rekannya" Ya hanya itu. Jadi, bagi yang baca dan tau cerita ini, akan saya coba paparkan semampu saya kronologisnya :
Oh Tuhan, mengapa jadi serumit ini, bagaimana saya bisa menjelaskan ke teman2 tentang hal ini. Lagi2 saya tidak punya keberanian untuk itu. Walau perasaan tidak enak dan bersalah selalu datang. kali ini saya memang benar2 harus mengontrol diri agar suasana tidak memburuk dan membuat tim ini berantakan.
Sebenarnya, saya berterimakasih dengan orang2 yang tadinya nyeletuk. Apapun itu, saya jadikan teguran dan bhan introspeksi saya. Justru, dengan celetukan2 itu saya banyak belajar. Kadang memang sakit, tapi sakit itu tidak ada apa2nya dibandingkan dengan pelajaran hidup yang saya dapatkan. Semoga, postingan ini bisa menjawab pertanyaan2 yang dulu pernah singgah, yang mungkin sudah kalian lupakan wahai Sobat.. :) terimakasih telah menjadi guru dalam pembentukan jati diri saya, terimakasih atas sifat dan tutur kata yang tak bertopeng itu, aq sungguh sangat menghargainya, sampai sekarang, ya sampai detik ini...
Malam ini sebenarnya saya lagi bahagia krn ternyata PKM saya lolos. Setalah hampir 4 tahun, akhirnya d saat2 terakhir mau lulus malah terwujud, thanx God.. Mood saya berubah ketika, salah seorang mengomentari potingan saya di sebuah group. Dia teman saya, ya temen seperjuangan saya saat dlu SMA ikut berkompetisi. Dia mengeluarkan kalimat, yang membuat saya mengingat akan kesalahan dan perbuatan tidak baik saya zaman SMA. Ah, benar2 tidak mood saya menceritakannya. Saya hanya berusaha melupakannya dan berharap seseorang telah memaafkannya.
Kembali lagi, tentang masuk koran.. perasaan sedih kembali saya rasakan. Menangis dalam kesepian, bingung harus bercerita kepada siapa, selain menangis saat sujud kepada Allah. Kali ini, mungkin sah2 saja saya mencurahkan perasaan saya, tapi untuk kasus di atas tadi, sudah tidak perlu di ceritakan kronologisnya, karena justru membuat rasa dendam dan perselisihan semakin membara. biarkan saja saya yang menanggung semua tidak enaknya..
Waktu saya masuk koran itu, koran Acehkita namanya. Yah, koran biasa, bukan koran paling laris di Aceh. Makanya sudah sepantasnya saya biasa saja ketika wajah saya terpampang disana.. Seperempat warga Aceh yang baca aja sudah syukur, ya itu, saking tidak terkenalnya harian itu. Nah siang itu, saya baru tau, kalo ada liputan tentang saya di koran, saya tau dr anak-anak yang sedang duduk ( ntah rapat ntah ngbrol ) di mushola. Saya menjawab dgn sedikit berteriak, wajah saya sedikit sumringah waktu itu. Wajar saja lah, meluapkan ekspresi kegembiraan. Secara ank kampung.. Tapi mendadak terdengar sebuah ucapan dari teman saya, dan sampai skrg wajahnya pun saya ingat, saya lupa kata2 persis nya seperti apa, karena memang sudah cukup lama. Tapi yang betul2 saya ingat adalah makna dari ucapannya, intinya begini " Kok jahat kali qe, gak nyebutin nama ank2 lain (temen sekelompok) " . Woooww,, jederrr, saya langsung kaget dengernya, hanya membalas dengan senyuman sinis. Bingung, karena saya belum sempat membacanya. Saya raih koran itu, berjalan dan menuju ke kelas membacanya. selesai membaca, saya terdiam sambil memandang kosong, benar juga, kenapa bisa dalam artikel ini tidak ada nama temen2 yang lain. Malu, sakit hati dan marah sebenernya waktu. Tapi lagi2, saya merasa terlalu tidak pantas menjawabnya,lagi2, saya hanya berusaha memendamnya.
Sekarang, mungkin sudah saatnya saya mencoba menjawab pertanyaan org2 yang bertanya mengenai hal itu. Sebagaimana yang diketahui, judulnya saja "kami harus menang di jakarta". Kami itu adalah kelompok yang terdiri dari 6 orang, namun kenapa tidak disebutkan nama2 anggora yang lain, yang tersebut dalam artikel itu hanya kalimat" 5 orang rekannya" Ya hanya itu. Jadi, bagi yang baca dan tau cerita ini, akan saya coba paparkan semampu saya kronologisnya :
1. Si pelatih yang juga wartawan AcehKita bilang, "besok kalian akan d wawancarai oleh wartawan Acehkita, mau di masukin koran ". seneng donk, kita bersorak gembira waktu itu. Namun tiba2 sang pelatih lanjut lagi ngmong " tapi perwakilah aja ya, si Lia aja besok yang mewakilkan. Begitu katanya. dia yang memilih, bukan saya yang menawarkan diri.
2. pada hari tersebut, sang wartawan pun datang. Dia tidak menceritakan akan membuat artikel apa. Dia hanya sekedar memperkenalkan diri, dan menanyakan ini itu, ya sama kayak artis dtanyain ini itu saat wawancara, tanpa mereka tau, ni ntr judul beritanya apa ya,, gt juga yang saya rasakan waktu itu. dia bertanya macem2, mulai dr biodata lengkap sampai nama orang tua segala. nanya tentang lomba, apa yang mau di bawakan, bahkan dia meminta saya memperkanalkan 5 orang anggota lainnya. Saya menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu.
3. Ternyata, pada saat keluar, saya tidak menyangkan liputan nya tidak jelas. Bagaimana mungkin, judulnya saja tentang sebuah kelompok yang akan ikut lomba di Jakarta. Namun, isinya justru lebih banyak mengulas tentang profil saya sebagai seorang seniman muda yang berprestasi. Ya Allah, mengapa artikelnya jadi kacau seperti ini. Justru nama teman sekelompok yang seharusnya disebutkan, eh malah nama orang tua saya yang tercantum. Di saat yang saya harapkan artikel itu berupa cerita tentang persiapan kita mengukuti lomba dan meminta dukungan serta perhatian pemerintah dan jga rakyat aceh, kenapa malah jadi artikel biografi saya. Jujur saya sempat bingung dan bertanya-tanya. Wajar saja teman saya tadi berkata demikian. Semua orang yang tau, pasti bngung dibuatnya..
4. Suatu ketika, di saat yang tepat, saya memberanikan diri bertanya pada sang pelatih. "Bang, kenapa artikelnya seperti biografi saya, kenapa tidak lebih ditonjolkan mengenai kelompok musikalisasi puasi saya, dan juga ajakan2 untuk mendukung kita ? " beliau dengan santai menjawab " judul rubriknya aja muda seudang, wajar donk isinya liputan tentang biografi seseorang. Lagian kan saya sudah bilang, kali ini qmu yang mewakilkan, ntr juga yang lain dapet giliran "
Oh Tuhan, mengapa jadi serumit ini, bagaimana saya bisa menjelaskan ke teman2 tentang hal ini. Lagi2 saya tidak punya keberanian untuk itu. Walau perasaan tidak enak dan bersalah selalu datang. kali ini saya memang benar2 harus mengontrol diri agar suasana tidak memburuk dan membuat tim ini berantakan.
Sebenarnya, saya berterimakasih dengan orang2 yang tadinya nyeletuk. Apapun itu, saya jadikan teguran dan bhan introspeksi saya. Justru, dengan celetukan2 itu saya banyak belajar. Kadang memang sakit, tapi sakit itu tidak ada apa2nya dibandingkan dengan pelajaran hidup yang saya dapatkan. Semoga, postingan ini bisa menjawab pertanyaan2 yang dulu pernah singgah, yang mungkin sudah kalian lupakan wahai Sobat.. :) terimakasih telah menjadi guru dalam pembentukan jati diri saya, terimakasih atas sifat dan tutur kata yang tak bertopeng itu, aq sungguh sangat menghargainya, sampai sekarang, ya sampai detik ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar