Awalnya memang sudah pengen banget nnton film ini, apa karena memang saya dr Aceh penasaran bagaimana sang sutradara membuat film ini. Tapi memang dibalik itu, saya sangat suka menonton film Indonesia yang religi sperti ini. Tambah penasaran ketika saya tahu, bahwa film ini di angkat dari sebuah novel karya Tere Liye, ini best seller, wajar saya, sang penulis memang cukup bagus karya2nya. Memang semenjak lulus SMA, hobi baca novel saya kurang begitu tersalurkan, tidak seperti dulu, saat sahabat SMA yang bernama durrah mengenalkan saya bahwa membaca novel itu adalah sebuah hobi yang menyenangkan, Yup, novel pertama yang saya baca adalah Dealova :D
Karena memang belum ada waktu dan teman yang pas untuk di ajak nnton, terlebih baru saja saya menonton premiere sherlock holmes, saya mencoba untuk bersabar sampai waktu tepat bisa nnton film ini.
Seperti biasa, sebelum menonton film tertentu, saya suka membaca testimoni orang2 yang sudah menonton lewat blog nya. rata2 memang suka dgncerita yang di angkat, tapi sangat kecewa dgn teknologi visualisasi pada bencananya. Ada juga yang bilang lebih bagus novelnya. Khawatir saya akan kecewa jika menonton filmnya, sayaputuskan untuk membeli saja novelnya. cap cus ke toko buku, pulang saya langsung menyantapnya. Sampai keesokan, saya melanjutkannya, tapi entah kenapa,, emosi saya belum terbawa,, sudah lebih dr setengah buku yang saya baca. tapi ttp seperti biasa, ya datar sekali rasanya.. huuff,, berkali-kali saya coba perbaiki mood, dan saya coba membayangan latar cerita dan lakon nya, berkali-kali saya gagal...
Sampai akhirnya, tanpa pikir panjang, saya beli tiket di bioskop. nyaris kehilangan moment ini, karena memang film ini sudah hampir tidak di putar lagi di bioskop2. Masih rejeki ( sambil ngelus dada ).
" Ah, sudah kubilang.. walau hampir selesai aq baca novelnya, ttp sulit utk berimajinasi dan masuk kedalam setting dan lakon cerita itu. penasaran bagaimana jika novel ini divisualisasikan dlm kisah berbentuk film, Sampai nekad saja aq beli tiketnya yang sudah hanya tinggal d bbrp bioskop saja. TEPAT, rasa emosional saya trnyata lebih dapat jika nnton lgsg drpd membacanya, 5 menit pertama,, pipi sudah basah.. gak sama ketika saya baca novel ayat-ayat cinta / ktk cinta bertasbih.. justru sy lebih terbawa emosi saat membacanya. walaupun sebel krn si kecil itu tdk melafalkan logat aceh yang semestinya sprt d film laskar pelangi,, tp cukup lah membuat rasa penasaran saya hilang :) "
Karena memang belum ada waktu dan teman yang pas untuk di ajak nnton, terlebih baru saja saya menonton premiere sherlock holmes, saya mencoba untuk bersabar sampai waktu tepat bisa nnton film ini.
Seperti biasa, sebelum menonton film tertentu, saya suka membaca testimoni orang2 yang sudah menonton lewat blog nya. rata2 memang suka dgncerita yang di angkat, tapi sangat kecewa dgn teknologi visualisasi pada bencananya. Ada juga yang bilang lebih bagus novelnya. Khawatir saya akan kecewa jika menonton filmnya, sayaputuskan untuk membeli saja novelnya. cap cus ke toko buku, pulang saya langsung menyantapnya. Sampai keesokan, saya melanjutkannya, tapi entah kenapa,, emosi saya belum terbawa,, sudah lebih dr setengah buku yang saya baca. tapi ttp seperti biasa, ya datar sekali rasanya.. huuff,, berkali-kali saya coba perbaiki mood, dan saya coba membayangan latar cerita dan lakon nya, berkali-kali saya gagal...
Sampai akhirnya, tanpa pikir panjang, saya beli tiket di bioskop. nyaris kehilangan moment ini, karena memang film ini sudah hampir tidak di putar lagi di bioskop2. Masih rejeki ( sambil ngelus dada ).
" Ah, sudah kubilang.. walau hampir selesai aq baca novelnya, ttp sulit utk berimajinasi dan masuk kedalam setting dan lakon cerita itu. penasaran bagaimana jika novel ini divisualisasikan dlm kisah berbentuk film, Sampai nekad saja aq beli tiketnya yang sudah hanya tinggal d bbrp bioskop saja. TEPAT, rasa emosional saya trnyata lebih dapat jika nnton lgsg drpd membacanya, 5 menit pertama,, pipi sudah basah.. gak sama ketika saya baca novel ayat-ayat cinta / ktk cinta bertasbih.. justru sy lebih terbawa emosi saat membacanya. walaupun sebel krn si kecil itu tdk melafalkan logat aceh yang semestinya sprt d film laskar pelangi,, tp cukup lah membuat rasa penasaran saya hilang :) "
Kisah yang cukup bagus, walaupun lagi2 saya sangat membenci bagaimana sang sutradara mengambarkan kondisi Lhok Nga yang sebenarnya. ya, pantai Lhok Nga adalah pantai favorit saya. Sudah tak terhitung berapa kali saya kesana hanya untuk mandi dan bermain ombak sepuasnya sampai kulit menghitam dan terbakar. Sudah tak terhitung berapa banyak derai senyum dan canda tawa saya dan sahabat2 SMA saya beramai2 main kesana.melawan ombak, mengurai kisah, dan lainnya.
Dialeg nya, kenapa harus seperti orang jakarta, bukankah itu film di Aceh, apalagi saya tahu betul bagaimana Lhok Nga itu termasuk kampung. orang-orang disana sudah pasti menggunakan Bahasa Aceh untuk aktivitas sehari-hari. Untuk yang satu ini, saya memang lebih berpihak pada film laskar pelangi, loga belitung melayu nya itu klopp banget.. :)
Over all,, ini film memang cocok di tonton oleh keluarga dan segala umur. Banyak pesan moril yang di sampaikan. bahwa maut itu bisa datang kepada siapa saja, bahwa ketegaran delisa sungguh bisa menghipnotis orang2 disekitarnya, kesederhanaan, keluarga yang sakinah, cinta tulus dan kesabaran :)
thanx sudah membuat tissu saya habis satu pack dan mata bengkak setelah keluar dr studio :)
Yang saya suka dari film ini cuma scoring-nya. Musiknya bisa 'membangun' suasana. Kalo akting, yang oke cuma aktingnya Reza Rahadian.
BalasHapusEmang gak terlalu keren sih penggambaran Lhok Nga nya. Mungkin salah angle.
setuju banget. baru baca comment kamu pdhl uda lama banget ya :D acting reza oke banget. oh iya, satu lagi, sountracknya juara hehee
BalasHapus